Home > Khazanah

Kisah Nabi Musa AS Menampar Malaikat yang Ingin Mencabut Nyawanya

Nabi Musa meminta dimakamkan di perbatasan Baitul Maqdis.

Bulu itu Menjadi Satu Tahun Usianya

Ilustrasi gurun pasir. Foto: Arab News
Ilustrasi gurun pasir. Foto: Arab News

Selanjutnya, setiap bulu yang tertutup tangannya menjadi satu tahun usia baginya, sehingga tahun-tahun ajalnya sebanyak bilangan bulu-bulu tersebut atau ia mendapatkan kehidupan yang panjang. Andaikan Musa mau melakukan permintaan itu, tentu Musa masih hidup hingga saat ini.

Musa bertanya kepada malaikat maut, apa yang ada setelah kehidupan yang panjang itu? Malaikat maut menjawab, "Kematian." Akhirnya Musa memilih ajal yang sudah dekat, karena apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi para rasul, nabi, dan hamba-hamba-Nya yang saleh.

BACA JUGA: On This Day: 26 Juli 1975 MUI Berdiri, Soeharto Restui Buya Hamka Jadi Ketua

.

Saking cintanya kepada Baitul Maqdis, Musa meminta dimakamkan di perbatasan Baitul Maqdis. Musa tidak memohon kepada Rabbnya agar diwafatkan di Baitul Maqdis, karena ia tahu Allah mengharamkan Baitul Maqdis bagi satu generasi termasuk di antaranya Musa.

"Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja." (Surat Al-Ma'idah: 24).

Allah pun menakdirkan mereka mengembara kebingungan tidak tentu arah di padang pasir Sinai selama empat puluh tahun. Allah memperkenankan doa Musa. Rasulullah mengabarkan kepada kita bahwa makam Musa berada di dekat Baitul Maqdis di dekat Bukit Merah (Gunung Nebo).

BACA JUGA: Kisah Nabi Adam Minta Buah-buahan dari Surga Menjelang Kematiannya

Pelajaran dari kisah ini...

× Image