HUT ke-496 Jakarta, Jakarta Langganan Banjir Sejak Zaman Gubernur JP Coen
Banjir dari Zaman Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen Hingga 1960
8. Banjir tahun 1950
Ini menjadi banjir besar pertama setelah Jakarta lepas dari tangan penjajah Jepang atau lima tahun setelah Indonesia merdeka. Ketika itu Jakarta dipimpin oleh Wali Kota Suwiryo.
BACA JUGA: Kamu Perlu Tahu, Istilah dalam Dunia Lari
.
Wilayah yang terendam banjir adalah Krukut, Rawa Terate, Lio, Pondok Dayung, dan Gang Talip. Sedikitnya 600 rumah penduduk dan 3.000 orang dari sejumlah kepala keluarga kebanjiran. Sebagian dari mereka ada yang mengungsi dan ada juga yang bertahan.
9. Banjir tahun 1952
Jakarta kembali kebanjiran di tahun 1952. Penyebabnya, hujan turun dengan intensitas cukup tinggi di sepanjang bulan Januari. Saat itu sungai Cideng tidak mampu lagi menampung air hujan yang turun terus menerus.
Daerah yang tergenang antara lain; Komplek Petojo, Jembatan Lima, Krukut, Gang Hauber, Kampung Lima, Jalan Sumatera, Jalan Asem Lama, dan Jati Baru. Banjir pada saat itu juga disebabkan oleh sungai Grogol yang meluap lantaran tak mampu menerima kiriman air dari Bogor dan Depok yang hujan lebat.
BACA JUGA: On This Day: 23 Maret 1946, Bandung Lautan Api, Menolak Tunduk pada Penjajah
10. Banjir tahun 1960
Banjir di tahun ini disebabkan oleh kali Grogol yang meluap dan tanggul jebol. Sedikitnya 2.114 rumah rusak dan 15.290 orang mengungsi ke tempat yang lebih tinggi di selatan Jakarta.
Daerah lain yang terendam banjir kala itu adalah kawasan Kebon Jeruk, Krukut, Kedaung, Jalan Tangerang, Jalan Sabang, Jalan Asam Lama, Kampung Pulo, Kampung Melayu, dan Kampung Penjaringan.
Selanjutnya, Jakarta jadi langganan banjir atau genangan saat hujan turun deras. Dalam pengendalian banjir, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai program yang tidak berorientasi pada betonisasi saja. Ada program Gerebek Lumpur dengan mengintensifkan pengerukan pada selokan, kali, situ, waduk, lalu membuat olakan-olakan.
BACA JUGA: Doa Sholat Tahajud 2 Rakaat Lengkap dengan Niat dan Istighfar
Kemudian memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal, mengimplementasikan Blue and Green yaitu taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa.
Dikutip dari bpbd.jakarta.go.id, Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan pompa sepanjang tahun di 178 lokasi rumah pompa. Terdapat 457 pompa stasioner di dekat sungai, waduk, maupun pintu air.
Lalu, terdapat 282 unit pompa mobile atau portabel yang tersebar di lima Kota Administrasi. Pemprov DKI Jakarta juga mendatangkan tambahan pompa mobile sebanyak 40 unit. (MHD)
BACA JUGA:
▶ Ngeyel, Soeharto Ogah Pakai Rompi Antipeluru Saat Kunjungi Bosnia pada 1995
▶ Janji Mahathir Mohamad Temui Soeharto Jika Jadi Perdana Menteri, Memuji Setinggi Langit
▶ Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
▶ Kesederhanaan Bung Hatta: Ironi Sepatu Bally tak Terbeli dan Tas Branded Istri Pejabat
▶ Sukarno Tertawa Mendengar Permintaan Aneh Jenderal Hoegeng ke Orang Belanda