Home > Tips

Pendaftaran SNBP 2024 Segera Dibuka, Ini Kiat Memilih Jurusan Perguruan Tinggi

Peran orang tua sangat dituntut saat anak memilih perguruan tinggi.
Ilustrasi. Foto: Republika
Ilustrasi. Foto: Republika

MAGENTA TODAY -- Pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024 akan dimulai pada Rabu 14 hingga 28 Februari 2024. Hal ini menjadi perhatian dari pemerhati pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr. Das Salirawati agar para siswa SMA/SMK dan MA bisa dengan mudah dan terarah masuk perguruan tinggi.

Menurut Das Salirawati, peran orang tua sangat dituntut saat anak memilih perguruan tinggi agar tidak kebingungan dan juga dapat diarahkan. Hal terpenting adalah orang tua tidak terlalu mendikte atau bahkan menekan anak untuk masuk universitas atau perguruan tinggi pada jurusan tertentu.

Banyak anak yang mengalami stress bahkan depresi karena sebagian besar akibat paksaan orang tua untuk meneruskan kuliah di program studi tertentu di perguruan tinggi tertentu.

BACA JUGA: Pekerja Masuk Saat Pemilu 14 Februari 2024 Berhak Uang Lembur, Ini Surat Edarannya

“Secara psikologis ada beberapa macam penyebab, misalnya obsesi orang tua yang sangat mendambakan anaknya menjadi sarjana tertentu, atau cita-cita orang tua dahulu yang tidak kesampaian lalu anak dijadikan sasaran untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Ini keliru” tegas Das Salirawati dikutip dari laman resmi UNY, Senin (12/2/2024).

Untuk itu, Das Salirawati memberikan kiat bagaimana cara mengurangi tingkat stress anak dalam menghadapi kebingungan memilih program studi di perguruan tinggi. Di antaranya pilihlah jurusan yang memiliki prospek kerja yang tinggi dan luas. “Carilah informasi sebanyak mungkin melalui internet atau media lain,” ujarnya.

Diskusikan bersama orang tua untuk melihat keketatan persaingan dan kemungkinan peluang diterimanya, karena biasanya peminat sangat banyak. Perlu juga dibahas tentang kebutuhan tenaga kerja lulusannya oleh suatu institusi atau perusahaan, sehingga kemungkinan dapat masuk bekerja di sana.

BACA JUGA: Kemnaker Siap Fasilitasi Pemuda Batang Magang ke Jepang Tahun Ini

Das Salirawati mengatakan, kiat berikutnya adalah pertimbangkan kemampuan akademis (kecerdasan intelektual), biaya, dan mental anak. Jangan sampai dari segi kecerdasan sudah tidak memadai, tetapi orang tua memaksakan anak memilih jurusan atau prodi tertentu sebagai ambisi atau obsesi orang tua semata.

“Demikian juga kemampuan biaya atau finansial, apakah kira-kira mampu membiayai sampai lulus atau tidak. Seyogyanya orang tua juga dapat mengukur kemampuan diri, jangan hanya karena gengsi” pesan Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY tersebut.

Perlu diketahui oleh orang tua bahwa untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi tidak cukup hanya siap otak dan biaya, tetapi juga harus siap mental. Hal ini karena ketika kuliah mahasiswa dituntut untuk lebih banyak belajar dan berusaha sendiri, serta banyak bertemu dengan dosen-dosen yang unik, yang kadang-kadang tidak mau menjelaskan secara detail karena menganggap mahasiswa sudah dewasa dan dapat diberi kewajiban belajar serta mencari sendiri materi kuliahnya.

BACA JUGA: 80 Mahasiswa Unhas Terima Dana Pendidikan dari Kepolisian Republik Indonesia

Belum lagi, bertemu dengan dosen-dosen ‘killer’ yang tidak mau wibawanya jatuh dengan menjaga jarak terhadap mahasiswanya, sehingga sulit bagi mahasiswa untuk minta permakluman kondisinya. Terlebih ketika harus menyelesaikan syarat kelulusan, yaitu menyusun skripsi, jika bertemu dengan dosen pembimbing yang tidak ramah dan adaptif dengan kondisi mahasiswa, dapat dipastikan lulusnya akan terhambat yang otomatis orang tua harus menyediakan biaya ekstra untuk menyelesaikan kuliah.

Das Salirawati memberikan alternatif pilihan program studi yang dapat menjadi tujuan calon mahasiswa. Seperti jurusan Artificial Intelligence (AI) yang termasuk jurusan langka namun banyak diburu karena prospek kerjanya yang luas. Menurutnya selain pilihan jurusan langka dalam menentukan tenpat studi lanjut juga dapat mempertimbangkan jurusan yang tidak hanya fokus pada satu bidang kerja.

“Misalnya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris atau Sastra Inggris, di mana lulusannya memiliki kesempatan bekerja di bidang apapun. Mulai dari sekretaris, trainer Bahasa Inggris, translater, dan banyak lagi” ujar penulis sejumlah buku tersebut.

Menurut Das, sarjana bahasa Inggris yang andal, lancar berbicara dan juga ahli menulis artikel atau makalah dalam bahasa Inggris banyak dibutuhkan di lapangan. Bahkan saat ini sarjana bahasa Inggris banyak diminta bantuan oleh cafe atau restoran besar hanya untuk memberi nama makanannya in english agar menarik.

Kiat terakhir dari Das Salirawati adalah sesuaikan minat anak dengan program studi yang dipilih.“Itupun juga tidak harus dari perguruan tinggi ternama” paparnya.

Das mengatakan, meskipun kampus anak kita bukan perguruan tinggi ternama, tetapi bila dalam menimba ilmu benar-benar serius dan menguasai, maka ia akan mampu berkompetisi dengan sarjana-sarjana lulusan kampus terkenal.

“Dengan demikian hal yang terpenting adalah kompetensi diri anak yang matang dan andal yang dapat membawa anak meraih kesuksesan dalam bekerja” tutup wanita kelahiran 16 Oktober 1965 tersebut.

Editor: Emhade Dahlan

BAC JUGA: Ada Kuburan Orang Belanda di Tanah Abang, Dulu Mayatnya Diangkut Perahu Lewat Kali Krukut

× Image