Home > News

Mengenal Pramaditya Wicaksono, Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun

Akademisi kelahiran 6 Juli 1987 ini loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar.

Melamar Jadi Dosen Saat Menempuh Pendidikan S3

Pramaditya Wicaksono, Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun. Foto: ugm.ac.id
Pramaditya Wicaksono, Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun. Foto: ugm.ac.id

Pramaditya menambahkan, meraih jabatan guru besar bukanlah menjadi akhir perjalanan karier akademisnya. Justru, dengan menyandang gelar guru besar menjadi awal untuknya mengembangkan keilmuan lebih maju lagi.

“Guru besar ini kan jadi lokomotif mengembangkan ilmu di institusi. Sehingga, peluang untuk pengembangan ilmu pun menjadi lebih besar, sehingga bisa lebih kencang lagi dalam meliterasi masyarakat,” ujarnya.

Ayah dari Muhammad Syandanadipa Justice Almortaza menempuh pendidikan S1 di program studi Kartografi dan Penginderaan jauh di Fakultas Geografi UGM pada tahun 2004 dan berhasil lulus di tahun 2008 dengan total masa studi 3 tahun 11 bulan.

.

Setelah lulus sarjana, ia langsung melanjutkan S2 di program studi Geografi dengan minat MPPDAS di Fakultas Geografi UGM pada tahun 2008 dengan memanfaatkan Beasiswa Unggulan Dikti. Sembari S2, Pramaditya bergabung menjadi asisten di Pusat Pendidikan Interpretasi Citra dan Survei Terpadu (PUSPICS).

Setelah lulus S2, Pramaditya mendapatkan tawaran beasiswa doktoral dari program CNRD (Centers for Natural Resources and Development) melalui pendanaan dari DAAD Jerman. Tawaran itu pun tak ia lewatkan dengan mengambil program Doktor Geografi minat Penginderaan Jauh di Fakultas Geografi joint program dengan Cologne University of Applied Sciences, Jerman.

“Jadi saya melamar jadi dosen di Fakultas Geografi saat ditengah menempuh pendidikan S3,” ujarnya.

Pramaditya memutuskan melamar menjadi dosen karena profesi tersebut sesuai dengan karakteristiknya sebagai pribadi yang suka melakukan eksplorasi. Tak hanya itu, ia juga gemar bercerita dan berbagi pengalaman, serta senang bertemu dengan orang-orang baru.

“Ya, karena saya orangnya suka explore, berpikirnya kalau tidak jadi peneliti ya dosen. Namun setelah dipikir-pikir, kalau jadi peneliti pasti ada masa bosannya meneliti terus, sementara kalau dosen kan bisa tridharma, ya meneliti, melaksanakan pendidikan, dan pengabdian masyarakat, jauh lebih berwarna,” katanya.

BACA JUGA:

Survei: Instagram dan Tiktok UGM Paling Populer dari 15 Kampus Besar di Indonesia

Mahasiswa UGM Raih Medadi Perak di Kompetisi Matematika Internasional

102 Mahasiswa Asing UGM Diajari Main Gamelan, Membatik, dan Menanam Padi

Keren! Munandar Julkarnaen Jadi Mahasiswa Termuda UNY di Usia 15 Tahun

Resep Herbal Prof Hembing: Kunyit dan Bunga Mawar Atasi Tidur Mendengkur

× Image