Home > Gaya Hidup

Mencari Teman Setia: Nasihat Buya Hamka dalam Pertemanan

Mencari teman yang bisa membawa kebaikan gampang-gampang susah.
Ilustrasi persahabatan. Mencari Teman Setia: Nasihat Buya Hamka dalam Pertemanan. Foto: Reuters/Olivia Harris
Ilustrasi persahabatan. Mencari Teman Setia: Nasihat Buya Hamka dalam Pertemanan. Foto: Reuters/Olivia Harris

MAGENTA -- Mencari teman yang benar-benar bisa membawa kebaikan dalam pertemanan gampang-gampang susah. Salah gaul bisa menjadi sebab seseorang ikut-ikutan melakukan perbuatan krimininal seperti penyalagunaan narkoba, pencurian, parampokan, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya.

Bahkan, dulu dalam pertemanan ada istilah PMP yang merupakan singkatan dari 'Pren Makan Pren' atau dalam arti sederhananya adalah teman makan teman. Mungkin, yang memelesetkan singkatan PMP dari Pendidikan Moral Pancasila menjadi Pren Makan Pren pernah gagal membina pertemannya.

Menurut Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa disapa Buya Hamka, dirangkum dari bukunya yang berjudul Falsafah Hidup tebitan Republika Penerbit 2015, syarat-syarat teman setia sekurang-kurangnya ada 10 perkara.

.

.

10 Syarat teman setia

1. Tidak ada maksud yang tak jujur (udang di balik batu).

2. Dia tegas kepada kita pada waktunya, tidak mengambil muka, bersikap terus terang, bukan mengiya-iyakan perbuatan kita, padahal nyata salah. Sanggup dia menyalahkan pekerjaan kita yang salah, walaupun pahit bagi kita menerimanya.

3. Kalau perlu, dia suka berkorban untuk kita pada waktunya, sebagaimana kesanggupan kita berkorban pada waktunya pula. Jangan hanya menerima saja, hendaklah sanggup pula memberi.

4. Tahan harinya melihat perangai kita yang kerap kali berubah-ubah dan tabiat buruk yang ada pada tiap-tiap orang, sehingga tidak segera dia naik darah melihat keburukan itu. Bahkan dia sabar. Kelak apabila datang angin baik, suka dia menunjukkan kesalahan kita itu dengan laku yang patut.

5. Dia terus terang kepada kita, tidak pernah membohongi, walaupun dengan berdusta itu menurut pertimbangannya akan dapat memelihara hati kita.

6. Dihormatinya rumah tangga kita, dimuliakannya kehormatan kita, dan tidak 'lain' pandangannya kepada istri kita.

7. Hendaklah lebih utama budinya dari kita, luas akalnya, mulia tujuannya. Sehingga dibawanya kita ke atas, bukan dijatuhkannya ke bawah.

BACA JUGA: Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka

× Image