Mencari Teman Setia: Nasihat Buya Hamka dalam Pertemanan
8. Kalau perlu, dia sanggup mengorbankan apa yang perlu dan mahal buat kita.
9. Dipersetujukannya jalan pikirannya dengan jalan pikiran kita.
10. Rahasia kita disimpannya, tidak diumpat-digunjingnya di belakang kita. Zahir dan batinnya sama rata di dalam perkara-perkara yang berhubung dengan kita.
.
.
Buya Hamka menambahkan ilmu persahatan dibagi menjadi dua. Pertama, kesanggupan kita menyelidiki dengan budi yang halus, adakah pada orang yang akan dijadikan sahabat itu lengkap syarat-syarat tadi atau tidak. Kedua, kesanggupan mencukupkan syarat-syarat itu pada diri kita sendiri, untuk kita bayarkan pula kepada sahabat itu, sehingga budi berbalas, dunia bertebus.
"Sahabat itu tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri terhadap kita, kita pun tidak boleh mementingkan diri sendiri buat dia. Baik harus dibalas dengan kebaikan yang sama, kalau tidak sanggup yang lebih tinggi. Kalau tidak begitu, kitalah yang memberatinya, alamat persahabatan itu tidaklah kekal," tulis Buya Hamka dalam bukunya.
BACA JUGA: Daftar Lokasi Sholat Idul Fitri 21 April 2023 untuk Wilayah Bogor, Tangerang, dan Bekasi
Buya Hamka menjelaskan, jika engkau telah sanggup menjadi contoh dari sahabatmu dalam hal kesetiaan, ketenangan hati dan kesabaran, kemuliaan budi dan belas kasihan; kalau engkau telah sanggup membuka kunci hatimu kepadanya dengan jujur, serta engkau merasa berkongsi dengan dia di dalam jalan pikiran, engkau hindarkan hubungan yang hanya lantaran persamaan pendapat, engkau rasakan sakit apa yang dirasakannya sakit; kalau telah begitu percayalah engkau akan mendapat seorang sahabat setia sehidup semati.
Ingatlah orang yang memang berturunan baik dan berbudi dan berpendidikan sejak asal jugalah yang tahu membalas budi. Ujian akal itu biasanya lama sehingga nanti akan timbul sendiri perangainya yang asli itu. Waktu itulah akan nyata bahwa dia teman yang setia atau tidak.
Tetapi hati-hati, satu kali akan kejadian, engkau lihat sahabatmu itu mungkir akan janjinya, bertemu padanya barang yang tidak engkau kehendaki. Waktu itu mesti tahan dahulu, jangan terburu menetapkan hukum. Kita wajib lebih setia, tuntun dan pimpin dia. Karena boleh jadi kelak akan timbul sesalnya atas perbuatannya itu.
"Agaknya ada satu sebab yang lain yang menyebabkan dia begitu, itulah yang mesti diselidiki. Kalau kita tahan, ada kalanya dia akan kembali lagi kepada kita, dan lebih setia dari dahulu, karena maaf kita yang pertama itu," kata Buya Hamka. (MHD)
BACA JUGA:
Tak Punya Uang, Sukarno Lelang Peci Kesayangan untuk Bayar Zakat Fitrah
Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
Daftar Lokasi Sholat Idul Fitri 21 April 2023 untuk Wilayah DKI Jakarta
Mudik Lebaran 2023, Perhatikan Adab Bepergian dalam Islam
Berencana Mudik di Malam Hari? Ingat 5 Hal Ini Saat Berkendara
Doa Bepergian dan Naik Kendaraan, Jangan Lupa Dibaca Sebelum Mudik