Home > Sains

Ilmuwan Ciptakan Kembali Aroma Parfum dari Resep Berusia 3 Abad Lalu

Resep parfum itu dibuat oleh Constantijn Huygens, seorang kurator dan sastrawan Belanda.
Sebuah toples berisi bahan-bahan pembuat parfum. (Univ Leiden)
Sebuah toples berisi bahan-bahan pembuat parfum. (Univ Leiden)

MAGENTA -- Tim peneliti dari Young Academy and the Huygens ING/NL Lab di Belanda menciptakan kembali aroma parfum yang telah berusia 3 abad. Parfum itu dibuat berdasarkan resep oleh Constantijn Huygens. Wewangian itu membuat masa lalu lebih nyata dan dapat membantu orang mengalami sejarah secara berbeda.

Resep minyak wangi tersebut adalah salah satu dari 150 resep yang dikumpulkan dalam buku resep oleh Constantijn Huygens (1596-1687). Para peneliti juga menemukan referensi untuk parfum dalam korespondensi yang sebelumnya tidak diperiksa oleh Huygens.

Surat-surat itu mengungkapkan sisi yang sangat pribadi dari pria yang dikenal sebagai penyair, musisi, dan juga ilmuwan Belanda tersebut. Buku resep dan korespondensi menunjukkan bahwa Huygens juga seorang pembuat parfum amatir yang bertukar resep dengan pria dan wanita. Sekelompok akademisi memutuskan untuk menciptakan kembali salah satu aromanya.

Sebagai informasi, Constantijn Huygens adalah ayah dari Christiaan Huygens yang merupakan ilmuwan Belanda penemu bentuk cincin Saturnus, jam pendulum dan beberapa penemuan lain.

Memori

Para ilmuwan memilih resep Huygens "Rieckend water van mijn moeder" ("Ode de parfum: To my mother"). "Kami pikir aroma ini untuk menjaga ingatan ibunya tetap hidup setelah kematiannya," kata Hanneke Hulst, seorang Profesor Neuropsikologi Kesehatan dan Penyakit.

"Wilayah otak yang terlibat dalam pemrosesan emosi dan memori kita duduk berdampingan di otak kita. Ketika aroma dikaitkan dengan emosi yang kuat, positif atau negatif, ini menciptakan memori yang mendalam. Sangat istimewa untuk mampu mencium aroma yang kemungkinan besar memiliki nilai emosional yang besar bagi Huygens," ucap dia, seperti dilaporkan di laman Phys.

Aroma bunga dan pedas

Eau de cologne mengingatkan Huygens pada ibunya. Aromanya berbunga-bunga tetapi juga pedas, dengan bahan-bahan seperti mawar, lavender, thyme, marjoram, cengkeh, dan kayu manis. Bahan-bahan ini menghasilkan aroma yang berbeda dari parfum hari ini.

"Ini aroma yang menyenangkan," kata pembaca sastra Inggris Nadine Akkerman, yang mempelajari jaringan korespondensi dan pertukaran pengetahuan untuk proyek tersebut.

Eau de cologne lebih banyak disemprotkan di sekitar rumah daripada digunakan sebagai parfum.

Menurut Akkerman, Huygens memiliki gaya yang berbeda ketika berkorespondensi dengan pria dan wanita. "Saat dia bertukar resep dengan pria, lebih menonjolkan ke sisi ilmiah, tentang proses penyulingan, misalnya. Ini awal dari ilmu kimia. Sementara dengan wanita, dia main mata," ucap Akkerman.

Akkerman menggambarkan apa yang ditulis Huygens kepada penyanyi Utricia Ogle: '"Kami menggubah musik yang paling indah bersama-sama. Sekarang kami terpisah. Jika Anda meletakkan sachet ini di antara seprai Anda dan saya melakukan hal yang sama, maka kita akan tetap bersama.' Ini memberi kita gambaran yang sama sekali berbeda tentang pria ini. Kita belajar lebih banyak tentang hubungan pribadinya."

Para peneliti berharap bahwa proyek ini akan memungkinkan orang untuk mengalami sejarah secara berbeda. Mereka juga ingin menarik lebih banyak perhatian pada hubungan antara emosi dan ingatan.

× Image