Ilmuwan Temukan Molekul Baru, Berpotensi Jadi Semprotan Hidung Pencegah Covid-19
MAGENTA -- Para peneliti di Cornell University menemukan semprotan hidung baru yang dapat mencegah virus corona. Semprotan hidung ini diisi dengan molekul baru yang dapat melindungi dan melawan virus corona. Berdasarkan studi, molekul ini cukup menjanjikan ketika diujicobakan kepada tikus.
Molekul baru yang disebut N-0385 ini menghambat kemampuan virus untuk menginfeksi sel-sel dalam tubuh. Eksperimen laboratorium di Cornell menggunakan tikus menunjukkan bahwa penggunaan molekul N-0385 sebelum paparan virus efektif dalam mencegah tikus terinfeksi.
Molekul ini juga bisa bertindak sebagai pengobatan yang efektif melawan virus jika diberikan hingga 12 jam setelah paparan. Molekul ini dikembangkan bekerja sama dengan para peneliti di Université de Sherbrooke di Quebec, Kanada.
Penemuan semacam itu cukup menjanjikan dalam membantu kita mengobati kasus infeksi virus corona, maupun untuk mengurangi tingkat kematian bagi mereka yang sudah terjangkit virus.
“Satu keuntungannya adalah ia bekerja di awal infeksi, bahkan setelah seseorang telah tertular virus," kata Hector Aguilar-Carreno, penulis makalah itu dilansir dari ZMEScience.
Molekul itu diuji pada tikus yang terinfeksi dengan jenis virus corona pertama yang terdeteksi di AS, pada tahun 2020, dan juga terhadap varian Delta. Molekul ini telah terbukti manjur terhadap keduanya. Namun, tim tidak mengujinya terhadap varian Omicron meski sejauh ini optimis bahwa N-0385 akan bekerja melawan varian ini juga.
Untuk penelitian ini, tim memberikan molekul intranasal ke tikus sebelum, selama, dan setelah infeksi. Mereka kemudian melacak berat badan tikus.
Penurunan berat badan merupakan indikasi yang baik dari infeksi atau penyakit di samping pengukuran klinis dan patologis lainnya (seperti pemantauan suhu tubuh). Sampel jaringan diambil dari tikus untuk melacak dengan lebih baik bagaimana tubuh mereka merespons virus selama percobaan.
Perawatan itu efektif untuk mencegah tikus kehilangan berat badan ketika diberikan sebelum paparan. Hasilnya menunjukkan bahwa molekul itu membantu melindungi hewan dari virus dan mengurangi tingkat kematian pada kelompok yang diberikan setelah infeksi. Molekul tersebut masih menunjukkan kemanjuran yang baik bahkan hingga 12 jam setelah infeksi. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature.