Sejarah dan Filosofi Anyaman Ketupat, Sudah Ada Sejak Masa Kerajaan Demak
Filosofi Anyaman Kulit Ketupat
Daun kelapa muda yang dianyam dengang saling bersilang sehingga menjadi ketupat adalah simbol beragamnya kesalahan atau dosa yang dilakukan manusia selama hidupnya. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih yang mencerminkan kesucian hati setelah memohon ampunan atas segala kesalahan.
Anyaman ketupat juga dipahami sebagai jalinan ukhuwah serta penguatan jasmani dan rohani manusia yang seharusnya terjalin menopang antara satu dengan yang lain. Bentuk ketupat melambangkan perwujudan Kiblat Papat Limo Pancer. Maksudnya, sisi ketupat perlambang keseimbangan alam dalam empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara.
Meskipun memiliki empat arah, namun hanya ada satu kiblat atau pusat (baitullah). Artinya, ke arah manapun manusia akan pergi ia tidak boleh melupakan pacer (arah) kiblat, yaitu kewajiban melaksanakan sholat.
.
.
BACA JUGA: Pesan Buya Hamka: Jangan Buat Diri Merana karena Penyakit Jiwa
Keempat sisi ketupat diasumsikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu: amarah, lawwamah, supiyah, dan muthmainah. Dengan berpuasa, keempat nafsu itu dapat dapat dikendalikan Oleh karenanya, makan ketupat diartikan sebagai kemampuan seseorang mengendalikan keempat nafsu duniawi tersebut untuk senantisa sesuai dengan tuntunan Allah.
Setelah anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat dilanjutkan diisi dengan beras yang sudah dicuci. Lalu, ketupat dimasak dengan merebus dalam air yang mendidih di atas api yang menyala.
Ketika ketupat matang dan dipotong, terlihat nasi putih muncul di dalamnya. Pesan yang tampil atas sucinya hati di pagi syawal, bagai cerminan isi ketupat yang bersih dan putih.
Terakhir, eksistensi ketupat bukan sekadar menu hidangan utama di pagi syawal, tapi mengandung makna yang dalam bagi harapan diri seorang hamba kepada sang pencipta. Hal ini seirama dengan sabda Rasulullah : “Barangsiapa melaksanakan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wa Allahua’lam bi al-Shawwab
BACA JUGA:
Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
Sibuknya Warga Betawi Saat Lebaran: Dari Ngaduk Dodol Hingga Beberes Rumah
20 Ucapan Selamat Idul Fitri dalam Bahasa Inggris untuk Orang Tersayang
Mengenal Sabeni, Jawara Betawi dari Tanah Abang
Korupsi Termasuk Extraordinary Crime, Apa Hukumnya Mensholatkan Jenazah Koruptor?