Home > History

Sejarah dan Filosofi Anyaman Ketupat, Sudah Ada Sejak Masa Kerajaan Demak

Sunan Kalijaga mengubah ketupat sebagai sajian bernuansa Islami.

Warga meniriskan ketupat yang sudah matang di usaha rumahan pembuat ketupat, Sleman, Yogyakarta, Kamis (20/4/2023). Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga meniriskan ketupat yang sudah matang di usaha rumahan pembuat ketupat, Sleman, Yogyakarta, Kamis (20/4/2023). Foto: Republika/Wihdan Hidayat

Laku Papat adalah mengakui kesalahan empat tindakan. Pertama, Lebaran yang berarti puasa Ramadhan telah berakhir.

Mungkin selama Ramadhan tidak banyak amal, tidak banyak waktu mengingat Allah, tidak mampu diri memetik rahasia Ilahi, tak kuasa diri membendung godaan iblis. Kelalaian diri tak mampu memanfaatkan Ramadhan ditindaklanjuti munajat mohon pengampunan dan harapan diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan.

Kedua, luberan atau melimpah. Luberan memiliki makna mengingatkan diri berbagi kepada fakir miskin dan orang-orang yang tak memiliki kemampuan atau kelebihan harta.

.

.

Ketiga, leburan yang memiliki makna meleburkan dosa dengan saling bermaaf-maafan satu sama lain (silaturrahim). Dengan begitu, dosa yang telah diperbuat dapat melebur dan kembali suci (fitrah).

Dan keempat adalah laburan. Laburan berasal dari kata labur atau kapur putih. Makna laburan adalah hati seorang muslim akan kembali jernih dan suci dengan berbagai ibadah yang telah dilakukan.

Tak ada lagi dendam kesumat. Sirna sudah iri dan dengki. Punah kesombongan dan sifat pongah. Hilang pula kezhaliman berganti keadilan.

BACA JUGA: Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka

× Image