Pesan Buya Hamka: Jangan Buat Diri Merana karena Penyakit Jiwa
Hidup di Antara Tiga Keadaan
Buya Hamka menjelaskan, kita ini hidup di antara tiga keadaan. Pertama, akal-batin kita yang dekat kepada binatang.
Kedua, akal-lahir yang hidup di tengah-tengah pergaulan yang penuh tata tertib dan kesopanan. Ketiga ialah cita-cita kepada hidup yang sempurna! Ilmu jiwa ini sekarang menjadi perhatian penuh dalam sekolah-sekolah ketika mendidik anak-anak.
Di zaman Nabi SAW, tulis Hamka, dibawa orang ke hadapan beliau seorang yang kedapatan mabuk. Islam menentukan hukum "ta'zir" bagi siapa yang mabuk, yaitu dirotan. Ketika dia dihukum ada beberapa orang yang sama duduk menonton menyumpah-nyumpah kepadanya.
.
.
"Laknat Allah atas engkau penjahat!" Nabi murka kepada orang yang mengutuk itu seraya bersabda: "Jangan engkau laknati dia. Demi Allah, engkau tidak tahu bahwa dia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Dan dalam satu riwayat yang lain tersebut Nabi bersabda: "Jangan kutuki dia, tetapi mohonkanlah supaya dia diberi ampun oleh Allah dan diberi taubat."
Melihat persoalan di atas nampaklah bahwa di dalam perjalanan hidup, mencari jalan yang lurus, memperimbangkan di antara akal-lahir dengan akal-batin, kita senantiasa menghadapi kesulitan. Sebab itu hendaklah kita ukur kepada diri kita bagaimana kesulitan yang dihadapi orang lain.
Maka tidaklah layak kita tertawa melihat seseorang yang jatuh, melainkan berusahalah mencari sebab-sebab kejatuhan itu dan elakkanlah diri dari jalan itu. Kamal, artinya kesempurnaan, akan di dapat di dalam perjalanan hidup ialah karena perjuangan yang hebat di dalam batin kita sendiri.
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauyziyah menulis di dalam kitabnya Zadil Ma'ad (Perbekalan Menuju Hari yang Dijanjikan) menyebut tingkat perjuangan. Ada perjuangan ke luar, yaitu menghadapi kaum kafir dan munafik dan ada perjuangan ke dalam, yaitu menghadapi setan, iblis dan hawa nafsu. Maka perjuangan menghadapi induk dari segala perjuangan.
BACA JUGA: Mencari Teman Setia: Nasihat Buya Hamka dalam Pertemanan