Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka
Dari dalil-dalil sunnah Nabi itu, teranglah bahwa mengerjakan ibadah puasa atau haji itu dengan berjamaah. Maksud dengan jamaah adalah masyarakat kaum Muslimin. Pada zaman Rasulullah masih hidup, pimpinan jamaah itu adalah di tangan baginda sendiri.
Setelah Nabi SAW wafat, berada di tangan khalifah-khalifah yang menggantikannya. Setelah dunia Islam bertambah luas dan berkembang, jamaah kaum Muslimin itu dikepalai oleh amir-amir atau sultan-sultan di daerahnya masing-masing. Setelah kebanyakan negeri Islam dijajah oleh bangsa Barat, terutama seperti di Indonesia ini, terserah kepada kaum Muslimin sendiri mengatur permulaan puasa dan berbukanya dan Hari Raya Hajinya.
Di negeri-negeri yang ada raja atau sultan dalam naungan penjajah, raja-raja dan sultan itulah yang menentukan puasa, berbuka dan Hari Raya Haji. Karena itu, seperti di Sumatra Timur pada zaman jajahan, tidaklah mustahil jika berbeda permulaan dan penutupan puasa antara Kerajaan Deli dan Kerajaan Sendang, Kerajaan Asahan dan Kerajaan Kualuh, walaupun "kerajaan-kerajaan" itu sangat berdekatan.
.
.
Adapun di luar daerah kekuasaan sultan, seperti dalam kota Medan orang tidak merasa terikat oleh perintah sultan. Sebab itu penentuan puasa, berbuka, dan Hari Raya Haji adalah menurut kalender yang mereka percayai dan pegangi saja.
"Lebih-lebih setelah berkembang ilmu hisab, mulailah banyak orang yang puasa, berbuka, dan Hari Raya Haji menurut hisab saja. Perkumpulan-perkumpulan Islam seperti Muhammadiyah mengeluarkan pengumuman tiap tahun yang dijadikan pegangan oleh anggotanya dan orang yang menuruti paham yang diajarkannya," kata Buya Hamka. (MHD)
BACA JUGA:
Kemenag Gelar Sidang Isbat Idul Fitri 20 April 2023
Berencana Mudik di Malam Hari? Ingat 5 Hal Ini Saat Berkendara
Cek Mobil Sebelum Mudik, 9 Bagian Ini Wajib Diperiksa
Mudik 2023: Ini Tarif Tol Jakarta-Semarang, Jakarta-Solo, dan Jakarta-Surabaya
Tak Punya Uang, Sukarno Lelang Peci Kesayangan untuk Bayar Zakat Fitrah
Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat