Home > News

Konflik AS-Iran Guncang Pasar Kripto, Bitcoin Sentuh Level Terendah

Sejak kabar serangan AS ke Iran muncul , pelaku pasar sudah mulai mengurangi eksposurnya terhadap aset kripto.
Presiden Donald Trump didampingi Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth berbicara soal serangan ke Iran, Ahad (22/6/2025). Foto: Carlos Barria/Pool via AP
Presiden Donald Trump didampingi Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Menteri Pertahanan Pete Hegseth berbicara soal serangan ke Iran, Ahad (22/6/2025). Foto: Carlos Barria/Pool via AP

MAGENTA -- Harga Bitcoin kembali terkoreksi dan sempat jatuh di bawah level psikologis $99.000, di tengah meningkatnya eskalasi geopolitik menyusul serangan udara Amerika Serikat ke fasilitas nuklir utama Iran.

Koreksi ini menandai level terendah Bitcoin sejak 9 Mei 2025 dan memicu gelombang penurunan lebih luas di pasar aset digital global.

Ethereum, mata uang kripto terbesar kedua, juga mencatat penurunan signifikan hingga lebih dari 10% sebelum akhirnya pulih sebagian. Sementara itu, altcoin seperti Solana, XRP, dan Dogecoin mengalami penurunan. Solana turun lebih dari 7%, XRP turun lebih dari 8%, dan Dogecoin turun lebih dari 9%.

Menurut data dari CoinGlass, lebih dari $1 miliar posisi kripto terlikuidasi dalam 24 jam terakhir, sebagian besar berasal dari posisi long yang terlalu berisiko. Ini menunjukan bahwa pasar dalam kondisi rapuh ketika gejolak geopolitik muncul.

BACA JUGA: Pendapatan Pajak dari Kripto Tembus Rp 1,09 Triliun pada 2024

Vice President Indodax Antony Kusuma menilai, bahwa pelemahan harga Bitcoin kali ini bukan semata disebabkan oleh faktor teknikal, melainkan karena sentimen risiko makro yang semakin kuat.

"Pasar kripto saat ini sangat sensitif terhadap berita geopolitik yang menimbulkan ketidakpastian. Respons pasar terhadap serangan AS ke Iran menunjukan bahwa Bitcoin, meski kerap dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetap dipandang sebagai aset berisiko oleh sebagian investor,” jelas Antony dalam keterangan, Senin (23/6/2025).

Ia menambahkan, sejak kabar kemungkinan serangan ini muncul minggu lalu, pelaku pasar sudah mulai mengurangi eksposurnya terhadap aset kripto. Hal ini tercermin dari menurunnya arus masuk ke ETF spot Bitcoin secara signifikan menjelang akhir pekan.

Data menunjukkan bahwa arus masuk ke ETF spot Bitcoin dari Senin hingga Rabu pekan lalu mencapai lebih dari $1 miliar. Namun, pada Kamis tidak ada pergerakan net, dan pada Jumat hanya tercatat $6,4 juta. Kelesuan ini mencerminkan sikap wait and see pelaku institusi terhadap keputusan strategis pemerintahan AS.

BACA JUGA: Investasi 2025: Pilih Saham, Obligasi, Emas atau Reksadana?

× Image