GreenTeams Gelar Diskusi Dekarbonisasi Industri Menuju Net Zero 2050 di Hari Bumi

MAGENTA -- Dalam rangka memperingati Hari Bumi, GreenTeams (PT Trusur Unggul Teknusa) berkolaborasi dengan Ecoxyztem sukses menggelar diskusi berjudul “Peta Jalan Dekarbonisasi Industri di Indonesia: Strategi Menuju Net Zero 2050” di MM2100 Office, pada Selasa (22/4/2025) lalu.
Forum kolaboratif ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah yang dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Perindustrian, para ahli di bidang lingkungan, serta para pelaku industri yang berasal dar 10 industri yang wajib menerapkan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK).
Founder GreenTeams Jaja Ahmad Subarja mengatakan, kami optimis bahwa dekarbonisasi industri Indonesia dapat tercapai dengan dukungan teknologi yang menghasilkan data yang akurat, transparan, dan dapat ditindaklanjuti. Data tersebut menjadi dasar penting dalam pengambilan keputusan, perencanaan strategi pengurangan emisi, serta pemenuhan regulasi lingkungan.
"GreenTeams siap mendampingi industri dan regulator dalam pemantauan kualitas udara dan emisi secara berkelanjutan, guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat, bersih, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” kata Jaja dalam keterangannya, Senin (28/4/2025).
BACA JUGA: Cara Mengelola Keuangan, Belajar dari Nilai-Nilai Ramadhan
Diskusi berformat talkshow dibuka oleh Dr. Winardi, M.Si., Direktur Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian, H. Darwoto, S.E., Deputy Director Kawasan Industri MM2100, serta Ir. Noor Rachmaniah, Kepala Kelompok Kerja Pengendalian Pencemaran dan Mutu (Pokja PPMU), Kementerian Lingkungan Hidup, mengantar diskusi yang membahas pentingnya strategi dalam merencanakan peta jalan dekarbonisasi sebagai syarat utama dalam rantai pasok global.
Noor Rachmaniah mengatakan, kami juga mengapresiasi pemasangan Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA) yang telah dilakukan oleh kawasan MM2100.
"Ke depannya, akan ada penambahan titik sesuai dengan arahan (Menteri Lingkungan Hidup), yaitu pemasangan minimal 2 titik SPKUA yang mengikuti arah angin (up wind dan down wind) dan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap lokasi kawasan ini. Hasil pemantauan SPKUA tersebut ditampilkan dalam bentuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)," ujarnya.
Pemantauan emisi secara berkelanjutan, termasuk pembangunan SPKU di kawasan industri, menjadi langkah kunci untuk menghasilkan data yang transparan. Data ini penting untuk mendukung evaluasi, akuntabilitas, serta pengambilan kebijakan yang tepat dalam upaya dekarbonisasi.
BACA JUGA: AmCham Indonesia Dorong Munculnya Pemimpin Perempuan yang Inspiratif