Penghematan! Soeharto Putuskan tak Gelar Open House Idul Fitri 1987
Imbauan Soeharto
Soeharto juga mengimbau masyarakat menghindarkan suasana kegembiraan yang berlebih-lebihan dan agar segala sesuatunya disesuaikan dengan keadaan.
"Kita sedang prihatin. Apakah imbauan saya itu mendapat tanggapan yang cukup, entahlah. Kami telah memberi contoh," tuturnya.
Menurut Pemerhati Kebudayaan dan Sastrawan Indra Tranggono, open house menguat saat Orde Baru berkuasa. Gaya kepemimpinan Soeharto yang feodal—mirip raja-raja Jawa—itu mampu melakukan penaklukan kolektif atas publik sehingga ia jadi figur sentral yang otoriter dan menakutkan.
.
.
BACA JUGA: Megawati Sebut Peci Saat Deklarasi Ganjar, Sukarno: Hayo Maju, Pakai Pecimu!
"Celakanya, kini tradisi open house masih dijalankan, bahkan makin menguat sebagai jalan feodalisasi tokoh dan kekuasaan," tulis Indra di Kompas.com, 21 Agustus 2013.
Sebagai penyakit, lanjut Indra, tradisi open house mereduksi relasi sosial yang berwatak egaliter menjadi feodalistik. Publik mengalami penaklukan secara psikologis sehingga pejabat negara terpahami sebagai pihak yang memonopoli kebenaran. Padahal dalam praktik-praktik pelayanan publik, penyelenggara negaralah yang selalu (sengaja) khilaf sehingga hak-hak publik tertelantarkan.
"Tradisi open house demi mengelap-lap ”kewibawaan” penyelenggara negara, pejabat, dan pelayan publik berpotensi dieksploitasi demi memborong kebenaran. Karena itu, selayaknya penyakit sosial itu disembuhkan melalui cara-cara yang lebih bermartabat," kata Indra. (MHD)
BACA JUGA:
Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka
Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
On This Day: 26 Maret 1968, Soeharto Terima Mandat Jadi Presiden Gantikan Sukarno
On This Day: 10 April 1815, Gunung Tambora Meletus dan Mengubah Iklim Dunia
Hanya Ada Tiga Jenderal Bintang Lima di Indonesia, Siapa Saja?