Saking Melaratnya, Sukarno Kecil tak Mampu Beli Petasan di Hari Lebaran
Sukarno Hidup Prihatin
Dengan gaji bapaknya yang kecil, tiap hari Sukarno harus hidup prihatin meskipun itu Hari Raya Idul Fitri. Karena tidak mampu membeli petasan menjelang Lebaran, Sukarno tidak berani ke luar kamar.
Sukarno hanya mengintip ke luar arah ke langit melalui tiga buah lubang udara yang kecil kecil pada dinding bambu. Lubang udara itu besarnya kira-kira sebesar batu bata.
Kepada Cindy Adam, Sukarno mengisahkan, saat itu di sekeliling kamarnya terdengar bunyi petasan berletusan disela oleh sorak-sorai kawan-kawannya karena kegirangan. Sukarno bertanya mengapa semua kawan-kawannya dengan jalan bagaimanapun dapat membeli petasan yang harganya satu sen itu dan ia tidak bisa membeli.
.
.
BACA JUGA: Sukarno tak Puasa Ramadhan Saat Bacakan Teks Proklamasi, Apa Sebab?
"Aku teringat ketika aku menangis kepada ibu dan mengumpat, Dari tahun ke tahun aku selalu berharap-harap, tapi tak sekalipun aku bisa melepaskan mercon. Aku sungguh menyesali diriku sendiri," kata Sukarno.
Kemudian, di malam harinya, tulis Cindy, datang seorang tamu menemui bapaknya Sukarno. Dia memegang bungkusan kecil di tangannya.
"Ini," katanya sambil mengulurkan bingkisan itu kepada Sukarno. Sukarno sangat gemetar karena terharu mendapat hadiah itu sehingga hampir tidak sanggup membukanya.
"Isinya petasan. Tak ada harta, lukisan ataupun istana di dunia ini yang dapat memberikan kegembiraan kepadaku seperti pemberian itu. Dan kejadian ini tak dapat kulupakan untuk selama-lamanya," tutur Sukarno kepada Cindy Adam dalam bukunya yang diterbitkan pada 6 Juni 1966. (MHD)
BACA JUGA:
Sukarno Murka Berita Kelaparan, Terbitkan Buku Masak Mustika Rasa
On This Day: 26 Maret 1968, Soeharto Terima Mandat Jadi Presiden Gantikan Sukarno
Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka
On This Day: 23 Maret 1946, Bandung Lautan Api, Menolak Tunduk pada Penjajah