Menerka Efek Kebijakan AS di Era Kedua Presiden Donald Trump
MAGENTA -- Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) setelah empat tahun meninggalkan Gedung Putih. Ia akan dilantik pada Senin 20 Januari 2025. Di periode pertama kepemimpinan Trump, AS diwarnai dengan beragam kebijakan yang tidak terduga, drastis, hingga dianggap emosional.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income MAMI, Ezra Nazula, mengatakan situasi tersebut menyebabkan guncangan di pasar finansial, stabilitas nilai tukar, serta hubungan dagang internasional.
Di era tersebut, beberapa kebijakan: penurunan pajak dan kebijakan proteksionisme tidak mampu meningkatkan pertumbuhan serta tak terlalu memicu inflasi. Siklus ekonomi yang justru memengaruhi angka inflasi dan arah suku bunga.
BACA JUGA: Mengenal George Washington, Presiden AS Pertama yang tidak Pernah Tinggal di Gedung Putih
"Di tengah kekhawatiran pasar terhadap potensi kebijakan-kebijakan AS ke depan, potensi pemangkasan suku bunga di 2025 tidak berubah. Diperkirakan perekonomian global akan memasuki siklus moderasi pertumbuhan dan pelandaian inflasi, sehingga penurunan suku bunga dapat berlanjut," kata Ezra dalam keterangannya, Jumat (20/12/2024).
Ezra menambahakan, dampak kebijakan Trump terhadap inflasi dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS sepertinya belum akan terjadi di tahun depan sehingga The Fed masih punya peluang untuk melanjutkan pemangkasan Fed Funds Rate (FFR).
"Saat ini, besaran pemangkasan FFR memang lebih konservatif, namun ekspektasi pasar akan selalu dinamis mengikuti data dan sentimen terbaru yang muncul," terangnya.
BACA JUGA: Harga Bitcoin Tembus Rp 1,7 Miliar, Indodax: Momentum Baru dengan Dukungan Institusional