Home > History

Kisah Persahabatan Snouck Hurgronje dengan Haji Hasan Mustapa, dari Utang Nyawa hingga Pernikahan

Di Makkah Christiaan Snouck Hurgronje mau bunuh karena dianggap mata-mata.
Snouck Hurgronje (paling kiri) saat tinggal di Jeddah. Foto: Gahetna.nl 
Snouck Hurgronje (paling kiri) saat tinggal di Jeddah. Foto: Gahetna.nl

MAGENTA -- Christiaan Snouck Hurgronje adalah seorang orientalis asal Belanda yang datang ke Aceh pada Juli 1891. Ia lahir di Oosterhout, Belanda pada 8 Februari 1857 dari keluarga Kristen Protestan yang taat. Hurgronje meninggal dunia di Leiden pada 26 Juni 1936.

Tujuan Belanda mengirim Hurgronje ke Aceh untuk melakukan kajian tentang seluk-beluk kehidupan dan kelemahan masyarakat Aceh kala itu. Di Aceh, Snouck Hurgronje menyamar sebagai ulama dengan nama Muslim Abdul Gafar.

Pada 23 Mei 1892, Hurgronje membuat laporan kepada pemerintah Belanda yang diberi judul Atjeh Verslag. Laporan tersebut berisi temuannya selama menyamar dan beberapa cara menaklukkan Aceh.

BACA JUGA: Ada Kuburan Orang Belanda di Tanah Abang, Dulu Mayatnya Diangkut Perahu Lewat Kali Krukut

Sebelum masuk Aceh, Hurgronje lebih dulu dikirim ke Makkah pada 1885. Ia bisa diterima di Makkah berkat bantuan Gubernur Ottoman di Jeddah. Selanjutnya Hurgronje berkenalan dengan Haji Hasan Mustapa.

Haji Hasan Mustapa adalah seorang ulama, sufi, dan sastrawan besar dari tanah Pasundan. Ia lahir di Cikajang, Garut pada 3 Juni 1852, dan meninggal dunia pada 13 Januari 1930. Haji Hasan Mustapa kerap disebut ulama mahiwal atau kontroversial.

"Ada satu peristiwa penting di Makkah yang tak akan pernah dilupakan keduanya, yaitu ketika Snouck Hurgronje mau dibunuh karena dianggap mata-mata," tulis E. Rokajat Asura dalam bukunya yang berjudul Haji Hasan Mustapa: Sufi Besar Tanah Pasundan.

Peristiwa "utang nyawa" itu menjadi pengikat kuat persahabatan keduanya. Haji Hasan Mustapa menyebut sebagai persahabatan hati, seperti dua saudara kandung. Keduanya sering dilanda rindu apabila tidak saling berkirim kabar.

× Image