Home > News

Pilih Barcode atau RFID untuk Berbisnis?

Hal ini sering menjadi tantangan ketika jumlah produk banyak atau kondisi lingkungan tidak mendukung.
Ilustrasi: Foto: Porta
Ilustrasi: Foto: Porta

MAGENTA -- Di era digital saat ini, pengelolaan data dan inventaris menjadi salah satu faktor penting dalam efisiensi operasional bisnis. Dua teknologi yang sering digunakan untuk kebutuhan tersebut adalah Barcode dan RFID (Radio Frequency Identification). Keduanya memiliki fungsi utama yang sama, yaitu untuk mengenali dan melacak barang, namun memiliki perbedaan mendasar dalam cara kerja serta manfaat yang ditawarkan.

Barcode sudah digunakan selama puluhan tahun dan masih menjadi solusi paling umum di berbagai sektor seperti ritel, manufaktur, hingga logistik. Teknologi ini menggunakan pola garis vertikal dan angka unik untuk menyimpan informasi produk. Data dibaca menggunakan scanner barcode yang memancarkan sinar laser atau cahaya untuk menerjemahkan kode tersebut menjadi informasi digital.

Menurut Product Manager Porta, Dewi Misnasari, barcode masih menjadi pilihan tepat bagi bisnis yang membutuhkan solusi identifikasi cepat dengan biaya rendah. Teknologi ini mudah diterapkan, alatnya relatif terjangkau, dan cocok untuk kebutuhan operasional yang tidak terlalu kompleks. Kendati demikian, barcode memiliki keterbatasan.

Proses pembacaan datanya bersifat line of sight, artinya scanner harus diarahkan langsung ke kode agar dapat terbaca. Hal ini sering menjadi tantangan ketika jumlah produk banyak atau kondisi lingkungan tidak mendukung, seperti pencahayaan minim atau permukaan label yang kotor.

Berbeda dengan barcode, RFID menggunakan gelombang radio untuk mentransfer data antara tag (chip kecil yang menempel pada produk) dan reader (alat pembaca). Teknologi ini memungkinkan pembacaan data secara massal dan tanpa kontak langsung, bahkan dari

jarak beberapa meter tergantung jenis perangkatnya.

“RFID memberikan efisiensi tinggi karena dapat membaca ratusan tag dalam hitungan detik. Teknologi ini sangat ideal untuk perusahaan yang membutuhkan kontrol inventori real time, pelacakan aset otomatis, dan keamanan data yang lebih baik,” ujar Dewi dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).

RFID, kata Dewi, menawarkan fleksibilitas lebih tinggi karena tag dapat digunakan kembali dan memiliki kapasitas penyimpanan data yang lebih besar dibanding barcode. Namun, biaya implementasi awalnya memang cenderung lebih tinggi, baik dari sisi perangkat keras maupun integrasi sistem.

BACA JUGA: Orang Indonesia Berpeluang Menjadi Kaya, Ini Caranya

× Image