Home > News

Muslim Indonesia Rayakan Empat Kali Perbedaan Idul Fitri dalam 20 Tahun Terakhir

Perlu ada semangat saling menghormati perbedaan Idul Fitri.
Suasana sholat Idul Fitri di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (21/4/2023). Muslim Indonesia Rayakan Empat Kali Perbedaan Idul Fitri dalam 20 Tahun Terakhir. Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Suasana sholat Idul Fitri di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (21/4/2023). Muslim Indonesia Rayakan Empat Kali Perbedaan Idul Fitri dalam 20 Tahun Terakhir. Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro

MAGENTA -- Melalui sidang isbat, pemerintah menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriyah jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. "Sidang Isbat menepatkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada Sabtu 22 April 2023," kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam jumpa pers di Kementerian Agama, Kamis petang (20/4/2023).

Meski demikian, warga Muhammadiyah tetap menggelar Sholat Idul Fitri pada Jumat pagi (21/4/2023). Keputusan itu termaktub dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/1.0E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawam, dan Zulhijah 1444 H.

"Tanggal 1 Syawal 1444 H jatuh pada Jumat Pahing, 21 April 2023 M," bunyi maklumat tersebut.

.

.

BACA JUGA: Niat dan Tata Cara Sholat Idul Fitri 2023, Lengkap dengan Lafal Takbiran

Berdasarkan penelusuran Magenta, dalam 20 tahun terakhir (2004-2023) Indonesia pernah merayakan hari raya Idul Fitri berbeda hari sebanyak empat kali.

● Pada 2023, 1 Syawal jatuh pada 21 dan 22 April 2023

● Pada 2011, 1 Syawal jatuh pada 30 dan 31 Agustus 2011

● Pada 2007, 1 Syawal jatuh pada 12 dan 13 Oktober 2007

● Pada 2006, 1 Syawal jatuh pada 23 dan 24 Oktober 2006

Dengan adanya perbedaan hari itu, Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asrorun Ni'am Sholeh menegaskan penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah merupakan wilayah ijtihadiyah atau persoalan yang tidak terdapat panduan ayat atau dalil yang menjadi petunjuk.

"Perlu ada semangat saling menghormati atas terjadinya perbedaan tersebut. Perbedaan yang didasarkan pada pertimbangan ilmu akan melahirkan kesepahaman (tafahum); bukan pertentangan (tanazu) dan permusuhan (adawah). Karenanya, beragama perlu dengan ilmu sehingga muncul spirit harmoni dan kebersamaan," kata Asrorun Ni'am Sholeh, dalam keterangannya yang dikutip Kamis (20/4/2023). (MHD)

BACA JUGA:

On This Day: 21 April 1879 Kartini Lahir, Vegetarian Pejuang Emansipasi Wanita

Saking Melaratnya, Sukarno Kecil tak Mampu Beli Petasan di Hari Lebaran

Pesan Buya Hamka: Jangan Buat Diri Merana karena Penyakit Jiwa

20 Ucapan Selamat Idul Fitri dalam Bahasa Inggris untuk Orang Tersayang

Korupsi Termasuk Extraordinary Crime, Apa Hukumnya Mensholatkan Jenazah Koruptor?

× Image