Home > Tips

Mengejar Kecukupan Bekal di Hari Tua, Bagaimana Caranya?

Kas atau tabungan biasanya memiliki bunga yang relatif terbatas
Ilustrasi dana pensiun. Foto: Istimewa
Ilustrasi dana pensiun. Foto: Istimewa

MAGENTA -- Semua orang pastinya ingin punya kebebasan finansial total di hari tuanya, tanpa memerlukan bantuan dari siapa pun. Cita-cita tersebut tentunya membutuhkan kekuatan finansial yang sudah dipersiapkan secara matang.

Pada pertengahan 2025, Manulife menggagas Asia Care Survey 2025, sebuah survei lingkup Asia mengenai hidup di masa tua. Survei ini menemukan berbagai fakta dan pendapat seputar kesiapan hari tua dari lebih dari 9.000 responden berusia 25 tahun ke atas (termasuk 60+) di Indonesia, China, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Salah satu temuan survei ini adalah tentang bagaimana orang Indonesia mengejar kecukupan bekal hari tua. Tantangan mengejar kecukupan bekal hari tua yang harus dihadapi adalah memenuhi kebutuhan hidup saat ini.

Tantangan lain pun datang dalam bentuk angka inflasi: Harga ongkos hidup naik di kisaran 3-4% per tahun, menjadikan nilai uang yang perlu dikumpulkan agar pensiun nyaman menjadi berlipat ganda.

Sayangnya, 73% responden Indonesia menyatakan masih mengandalkan instrumen kas atau tabungan sebagai kendaraan finansial utamanya.

BACA JUGA: Orang Indonesia Berpeluang Menjadi Kaya, Ini Caranya

CEO & President Director PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Afifa menjelaskan, jika ditelisik lebih dalam, instrumen tunai mendominasi di semua kelompok usia. Sebanyak 83% responden di kelompok usia pensiun (55+) memprioritaskan instrumen kas atau tabungan sebagai instrumen keuangannya.

"Padahal kelompok usia ini perlu menjaga kelangsungan pendapatannya dari instrumen investasi yang sanggup menggantikan penghasilan bulanan saat mereka masih produktif, sekaligus mengalahkan inflasi," kata Afifa dalam keterangan, Rabu (10/9/2025).

"Sementara di kelompok umur yang masih produktif (usia 25-54), 71% mengandalkan instrumen tunai atau tabungan. Padahal misi besar kelompok umur ini adalah berpacu dengan waktu dan tenaga, untuk mempersiapkan bekal hari tuanya nanti saat mereka pensiun," terangnya.

Menurut Afifa, instrumen kas atau tabungan tentunya tidak untuk sepenuhnya dihindari, bahkan harus menjadi bagian dari perencanaan keuangan di usia produktif maupun pensiun. Kas atau tabungan memiliki karakter yang stabil dan dijamin, sehingga ideal sebagai wadah biaya-biaya lancar dan kebutuhan jangka sangat pendek.

Di sisi lain, kas atau tabungan biasanya memiliki bunga yang relatif terbatas, sehingga apabila investor menempatkan terlalu banyak asetnya dalam bentuk kas atau tabungan, investor harus puas dengan potensi pertumbuhan yang sangat rendah, dan menghadapi risiko bekal pensiunnya tidak akan cukup.

“Investor cerdas perlu menemukan porsi yang pas untuk alokasi asetnya pada kas atau tabungan, lalu menggunakan alternatif-alternatif investasi dengan potensi return yang lebih tinggi, supaya kekayaannya dapat tumbuh dengan baik” ujarnya.

Alternatif instrumen investasi seperti saham atau obligasi bisa menjadi pilihan yang menarik. Dengan modal yang cukup terjangkau, investasi pasar modal dapat menjadi bagian perencanaan keuangan. Lalu untuk jika investor ingin melakukan diversifikasi investasi di pasar modal, reksa dana bisa menjadi opsi yang mumpuni.

Dikelola oleh manajer investasi profesional, reksa dana mengumpulkan modal investasi dari banyak investor, dan menempatkannya pada racikan saham dan obligasi berkualitas dengan dua tujuan: Menumbuhkan modal investasi, sambil menjaga risiko tetap terkendali.

Reksa dana juga merupakan alternatif investasi yang sangat terjangkau, bahkan investor sudah bisa berinvestasi dengan modal Rp10.000. Investasi di reksa dana dapat dimulai, ditambah dan dicairkan kapan saja.

“Sudah saatnya investor Indonesia buka mata, dan mengadopsi alternatif-alternatif investasi sebagai bagian dari perencanaan keuangannya” pungkas Afifa.

BACA JUGA: 10 Bahasa Tubuh yang tidak Disukai dalam Pergaulan, Kamu Pernah Lakukan yang Mana?

Editor: Emhade Dahlan

× Image