Uni Eropa dan ASEAN Perkuat Riset Lewat Hibah SCOPE-HE

MAGENTA -- Uni Eropa (UE) dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bekerja sama memperkuat riset melalui pelaksanaan SCOPE-HE Research Connectivity Workshop. Program yang didanai Uni Eropa tersebut berlangsung di Jakarta pada 14–15 Mei 2025 lalu.
Diselenggarakan di bawah inisiatif EU-ASEAN Sustainable Connectivity Package – Higher Education Programme (SCOPE-HE), lokakarya ini mempertemukan perwakilan universitas dari Eropa dan ASEAN, pembuat kebijakan, serta pakar internasional.
Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, HE Sujiro Seam, menegaskan bahwa riset dan inovasi merupakan salah satu prioritas utama dalam ASEAN-EU Strategic Partnership 2023–2027. Ia mengucapkan selamat kepada tiga klaster universitas terpilih dari total 120 proposal yang masuk.
"Jaringan universitas lintas kawasan EU-ASEAN akan menjadi cara efektif dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan global secara bersama-sama," kata Sujiro.
Ia juga menyoroti program unggulan Uni Eropa di bidang riset dan inovasi, yaitu Horizon Europe, yang memiliki anggaran sebesar €95,5 miliar. Para peneliti ASEAN pun didorong untuk turut ambil bagian dalam program ini.
BACA JUGA: Fakta-Fakta Ini Ungkap Misteri Planet Mars, Benarkah Layak Dihuni Manusia?
Hadir dalam acara tersebut Wakil Sekretaris Jenderal Komunitas Sosial Budaya ASEAN HE San Lwin, Sekretaris Jenderal DAAD Dr. Kai Sicks, Team Leader dan Pelaksana Manager Pilar Eropa dari Nuffic, Brianda Zoet.
Dalam sambutannya, HE San Lwin mengatakan, workshop ini akan melahirkan jaringan dinamis antar institusi pendidikan tinggi lintas kawasan, yang mampu berbagi praktik terbaik dan menciptakan komunitas riset yang berdampak nyata bagi masyarakat. Ia juga menekankan pentingnya diplomasi sains dan ekosistem riset terbuka yang kolaboratif tanpa batas negara.
Sorotan utama kegiatan ini adalah pengumuman resmi tiga klaster riset baru yang memperoleh SCOPE-HE Academic Connectivity Grant untuk memperkuat kolaborasi riset:
GreenTrans-EDU – Dipimpin oleh Ilmenau University of Technology (Jerman), proyek ini melibatkan enam universitas dari Prancis, Jerman, Indonesia, dan Filipina. Fokus utamanya adalah riset dan pendidikan untuk keberlanjutan.
DIGIHAZ – Dipimpin oleh University of Alicante (Spanyol), klaster ini terdiri dari institusi pendidikan tinggi dari Spanyol, Yunani, Malaysia, dan Filipina. Proyek ini bertujuan meningkatkan kapasitas riset dalam menghadapi risiko bencana alam.
BACA JUGA: Empat Pelari Asics Indonesia Kampayekan Mind Over Miles di Tokyo Marathon 2025