On This Day: 1 Mei 1886 Hari Buruh May Day, Perjuangan demi Delapan Jam per Hari
Protes Buruh Amerika Serikat
Ketetapan kerja delapan jam sehari itu merembet hingga ke Amerika Serikat, The Federation of Organized Trades and Labor Unions juga menetapkan delapan jam kerja mulai 1 Mei 1886. Sayang, ketetapan tersebut tak diterapkan oleh para pengusaha lainnya.
Sebagai bentuk protes belum diterapkannya kerja delapan jam per hari oleh semua perusahaan, 40 ribu pekerja di Chicago dan 300 ribu buruh dari 13 ribu bisnis di seluruh Amerika Serikat melakukan mogok kerja.
Para buruh juga menggelar aksi demonstrasi hingga 3 Mei. Tapi, seperti dilansir dari Newsweek, petugas polisi Chicago membunuh dan melukai beberapa buruh selama bentrokan di pabrik manufaktur McCormick Reaper Works.
.
.
Kekacauan tak dapat dihindarkan. Esoknya, massa yang melakukan mogok kerja melancarkan protes di Haymarket Square. Dalam kekacauan itu dilaporkan sedikitnya tujuh petugas dan delapan warga sipil tewas karena seorang oknum tak dikenal meluncurkan bom.
Akibat dari pengeboman itu polisi menangkap delapan orang buruh. Mereka diadili dan dihukum meskipun tidak ada bukti konkret. Sejak itu, 1 Mei 1886 dijadikan Hari Buruh Internasional. Tiap 1 Mei seluruh buruh di dunia merayakan May Day.
Pada 1905, pemilik Ford Motor Company Henry Ford mulai menerapkan delapan jam kerja. Atas inisiatif diri sendiri, Ford juga menaikkan upah pekerja menjadi dua kali lipat.
Akhirnya pada 1937, penerapan delapan jam kerja diterapkan oleh banyak perusahaan melalui Fair Labor Standards Act yang menjadi acuan banyak perusahaan hingga sekarang.
BACA JUGA: Pangeran Wiraguna dari Banten, Benarkah Ia Seorang Belanda yang Memberi Nama Ragunan?