Home > Khazanah

Hari Buruh May Day: Dalam Islam Bekerja Bisa Bernilai Ibadah, Bagaimana Caranya?

Bagi Muslim, semangat kerja tidak hanya untuk meraih harta tetapi juga meraih ridha Allah SWT.
Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan Perkantoran Sudirman, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Dalam Islam Bekerja Bisa Bernilai Ibadah, Bagaimana Caranya? Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan Perkantoran Sudirman, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Dalam Islam Bekerja Bisa Bernilai Ibadah, Bagaimana Caranya? Foto: Republika/Thoudy Badai

MAGENTA -- Bekerja bukan semata mencari materi. Dalam Islam, semua sendi kehidupan dapat bernilai ibadah, termasuk bekerja.

Cendekiawan Muslim Musa Asy'arie menjelaskan bekerja sejatinya harus dipahami seorang Muslim sebagai suatu keharusan, bukan karena ia takut akan kemiskinan semata. Islam mewajibkan kepada Muslim untuk bekerja dan mencari rezeki.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ruslan Fariadi dalam tulisannya di Muhammadiyah.or.id pada 2021 mengatakan bekerja di dunia merupakan salah satu jembatan menuju akhirat. Dengan bekerja, seseorang dapat melaksanakan perintah-perintah Allah SWT lainnya, seperti zakat, infak, dan sedekah.

.

.

Allah SWT berfirman,

وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۚ

“Dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS An-Naba’: 11)

BACA JUGA: Bacaan Doa Setelah Sholat Fardhu Lengkap dan Artinya

Dalam Kumpulan Kultum Ekonomi Syariah Seri 2 terbitan KNEKS, seperti dinukil dari Republika.co.id, Nurul Fadhilah menjelaskan ayat diatas menunjukkan Allah menjadikan siang waktu untuk bekerja dan mencari kebutuhan hidup.

Rasulullah SAW pernah bersabda,

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seorang memakan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri. Sungguh, Nabi Dawud ‘alaihissalam, beliau makan dari hasil jerih payah tangannya”. (HR. Bukhari)

Inilah pentingnya meniatkan pekerjaan kita sebagai bagian dari ibadah. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari jalur Umar bin Khattab RA.

عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang mendapatkan apa yang di dia maksudkan. Siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasulnya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya karena yang dia tuju itu. (HR Bukhari dan Muslim).

BACA JUGA: Doa Sholat Tahajud Beserta Niat, Keistimewaan, dan Bacaan Istighfar

× Image