On This Day: 10 April 1815, Gunung Tambora Meletus dan Mengubah Iklim Dunia
Turun Salju Berwarna Merah
Di Amerika Serikat bagian timur lebih parah lagi. Pada 1816 yang seharusnya musim panas malah mengalami hujan salju dari New England sampai Virginia. Suhu merosot tajam di bawah titik beku selama bulan Juni, Juli dan Agustus hingga mematikan tanaman pangan. Akibatnya harga gandum melonjak naik.
Dari Teramo, dekat pantai Adriatik dilaporkan salju yang turun berwarna kuning dan merah, sangat menakutkan. Warna salju tersebut hasil dari jatuhan hujan dan es memuat lelehan partikel debu vulkanis Tambora yang masuk dalam lapisan stratosphere.
Di Irlandia, meski sudah memasuki musim panas tapi lebih sering turun hujan. Hal ini menyebabkan ladang-ladang kentang gagal panen.
.
.
Parahnya lagi pada April dan September salju beku tak mencair, guyuran hujan berlangsung 130 hari jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Puncak musibahnya kegagalan panen terjadi di mana-mana, kelaparan, dan wabah tifus melanda Eropa. Banyak orang tewas.
Cuaca dingin juga melanda Yunna China pada masa pemerintahan Jiaqing Dinasti Qing. Saat itu padi, sorgum, dan tanaman lainnya gagal panen. Cuaca serupa juga terjadi di Jepang dan Korea.
Di India terjadi kekurangan suhu panas, banjir besar menyebabkan menyebabkan kolera yang menewaskan ribuan orang. Akhirnya, bencana Tambora dijuluki 'seribu delapan ratus dalam kebekuan yang mematikan'. (MHD)
BACA JUGA:
Kesederhanaan Bung Hatta: Ironi Sepatu Bally tak Terbeli dan Tas Branded Istri Pejabat
On This Day: 28 Maret 1830, Belanda Tangkap Pangeran Diponegoro Saat Berunding
50 Tahun Evolusi Ponsel, dari Seukuran Batu Bata Hingga Layar Lipat
Ngeyel, Soeharto Ogah Pakai Rompi Antipeluru Saat Kunjungi Bosnia pada 1995
Sukarno tak Puasa Ramadhan Saat Bacakan Teks Proklamasi, Apa Sebab?