Home > History

On This Day: 28 Maret 1830, Belanda Tangkap Pangeran Diponegoro Saat Berunding

Belanda mengakui perbuatannya menangkap Pangeran Diponegoro di Magelang tidak ksatria.

Perang Diponegoro (1825–1830)

Perang ini dipicu oleh tindakan Hindia Belanda yang memasang patok-patok di atas lahan milik Diponegoro di Desa Tegalrejo. Kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan eksploitasi berlebihan terhadap rakyat dengan pajak tinggi, membuat Pangeran Diponegoro semakin muak.

Hingga ia mencetuskan sikap perlawanan. Kemudian, sikap Pangeran Diponegoro yang menentang Hindia Belanda secara terbuka mendapat dukungan dan simpati dari rakyat.

Sebagai strategi, Pangeran Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo dan membuat markas di Gua Selarong. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu.

Babad Diponegoro ditampilkan dalam pameran Pamor Sang Pangeran di Museum Nasional, Jakarta, Ahad (1/11/2020). Pameran yang menampilkan warisan pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro tersebut berlangsung hingga 26 November 2020. Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari
Babad Diponegoro ditampilkan dalam pameran Pamor Sang Pangeran di Museum Nasional, Jakarta, Ahad (1/11/2020). Pameran yang menampilkan warisan pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro tersebut berlangsung hingga 26 November 2020. Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari

Diponegoro mendapatkan dukungan dari Sunan Pakubuwana VI (PB VI)/ R.M. Saparan dan dibantu oleh Bupati Gagatan saat itu Tumenggung Prawiradigdaya/ R.M. Panji Yudha Prawira. Pangeran Diponegoro juga menggalang kekuatan dengan para alim ulama dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di wilayah Mataram.

Pangeran Diponegoro bersama para panglimanya menerapkan strategi perang gerilya yang selalu berpindah-pindah. Markasnya di Selarong sering kali kosong ketika pasukan Belanda menyerang lokasi tersebut. Sang Pangeran dan pasukannya baru kembali ke Selarong setelah pasukan Belanda pergi.

Baca juga: Orang Betawi Sakit Obatnya Cuma Dedaunan: Resep Ramuan Tradisional, dari Borok Hingga Keremian

× Image