Hanya Ada Tiga Jenderal Bintang Lima di Indonesia, Siapa Saja?
Pada 1948, Nasution menjadi Wakil Panglima TKR. Meski hanya berpangkat Kolonel, Nasution telah menjadi orang paling kuat kedua di TKR, setelah Jenderal Soedirman. Pada 1950, Nasution menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, dengan T.B. Simatupang menggantikan Soedirman yang telah meninggal dunia sebagai Kepala Staf Angkatan Perang.
Sebuah percobaan kudeta terjadi pada 1965 oleh PKI. Rumah Nasution diserang dan putrinya terbunuh, tetapi dia berhasil melarikan diri dengan memanjat tembok dan bersembunyi di kediaman duta besar Irak. Dalam gejolak politik berikutnya, ia membantu kenaikan Presiden Soeharto dan diangkat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
Pada Juli 1978, bersama-sama dengan mantan wakil presiden Hatta, Nasution mendirikan Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi (YLKB). Pemerintah Soeharto bergerak cepat dan tidak mengizinkan YLKB mengadakan pertemuan pertama pada Januari 1979.
.
.
Kemudian, Nasution mengumpulkan anggota ABRI yang tidak puas dengan rezim Soeharto seperti mantan gubernur Jakarta Ali Sadikin, mantan kapolri Hoegeng Imam Santoso, dan mantan wakil kepala staf Angkatan Darat Mochamad Jasin. Mantan perdana menteri Mohammad Natsir dan Burhanuddin Harahap serta ketua PDRI Syafruddin Prawiranegara ikut bergabung.
Bersama dengan banyak nama kritikus terkenal terhadap pemerintah, mereka menandatangani petisi yang dikenal sebagai Petisi 50. Petisi itu ditandatangani pada 5 Mei 1980 dan disampaikan ke DPR pada 13 Mei 1980. Petisi ini menyerukan Soeharto untuk berhenti menafsirkan Pancasila sesuai tujuannya sendiri.
Pada 5 Oktober 1997, pada kesempatan ulang tahun ABRI, Nasution diberi pangkat kehormatan Jenderal Besar. Jenderal Besar Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000 di Jakarta setelah menderita strok. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.